Photobucket

Selasa, 31 Januari 2012

Suzuki Satria F-150 2007, RX-King Korekan Sih Lewat..!!




Kapasitas silinder Satria F-150 milik Davin Indrawan ini sudah bengkak sampai 250 cc. Pantas jika Yamaha RX-King korekan abis ditekuk di arena adu kebut malam Kemayoran beberapa waktu lalu. Konon menang 8 rebu.


Lumayan alot dan ribet ketika mau bedah motor korekan Alex alias Belex Oxs dari B2X di Jl. Semanan Raya No. 2, Jakarta Barat ini. Minta ampun negonya. Akhirnya mesin dibongkar juga.

Dapur pacu aplikasi piston diameter 70 mm. Konon katanya meggunakan piston milik Yamaha Scorpio. Sepertinya agar jalur oli tidak bocor, solusinya menggunakan blok milik Suzuki Raider dibarengi dengan ganti boring.

Motor yang digeber Denny Tongkol ini juga naik stroke. dari hasil pengukuran piston mendem 1,5 mm dan turun ke TMB hanya 62 mm. Stroke hasil pengukuran jadi 62-1,5 = 60,5 mm.

Dari sini kapasitas silinder bisa diukur. Dengan diameter piston atau seher 70 mm, volume silinder jadi 232,7 cc. Namun menurut Belex sih total stroke 64 mm. Jika Belex bener, kapasitas silinder bisa dihitung tepat. Seher 70 mm dan stroke 64 mm, maka volume silinder versi Belex yaitu 246,2 cc. Digenapkan 250cc.

Dua versi kapasitas silinder ini memang bikin bingung. Namun bisa dilihat blok diganjal aluminium 9 mm dan ditambah tiga paking kertas. Dengan aplikasi setang seher milik Yamaha RX-Z.

Namun untuk terapkan setang RX-Z kudu main bos. Kata Belex, lubang pen di setang seher RX-Z setelah dipasangi laher bambu jadinya 15 mm. Sedangkan pen piston milik Scorpio 16 mm. “Solusinya kudu dipasang bos di piston,” jelas Belex yang berencana mau tarung lawan Yamaha Mio korekan Biker Zone itu.

Untuk main di trek panjang, rasio kompresi bermain di 11,3 : 1. Dibarengin dengan penggunaan karburator Keihin PE 28. Namun karena kapasitas silinder sudah gede, lubang venturi kudu dibesarkan. Kini jadi 30,5 mm.

Spuyer yang digunakan yaitu pilot-jet 60 dan main-jet 140. Dengan dipadukan sproket depan 15 dan belakang 38. Untuk turun di trek 500 meter.

Namun sayang, Belex dan Davin sang pemilik Satria F-150 dari perumahan Poris Paradise BB7, Tangerang ini, tidak mau bilang rasionya.

Termasuk durasi buka tutup klep juga ogah dibilang seara rinci. “Namanya juga motor balap liar speknya tidak mau diketahui lawan,” argumen Johan Juniarta, kakak Davin.


Kapasitas silinder yang sudah gede musti diimbangi laju gas bakar yang lebih gede juga. Untuk itu kudu terapkan klep payung lebar. Oleh Belex dipasangi klep isap 26 dan buang 23. Kalau kata Belex sih pakai kepunyaan Suzuki Thunder.

Menurut Belex, korekannya menganut ajas murah. Seperti pston atau seher yang pakai kepunyaan Scorpio bukan asli pabrik. Tapi, menggunakan merek yang banyak dipakai di jalanan. Yaitu piston buatan NPP satu set ring buatan NPR.

Selain itu, untuk penggunaan kampas dan per kopling juga masih pakai buatan wong dewek. “Mengaplikasi keluaran RMG,” jelas Ketu, bobotoh atau suporter Satria F-150 buah tangan Belex itu.

sumber : (motorplus-online.com)

Senin, 30 Januari 2012

Motor Bekas 2-Tak Tipe Sport Tetap Jaya


unit tidak pernah menumpuk
Meski sudah diskontinu alias tidak diproduksi lagi kecuali Ninja 150cc, motor 2-tak memang belum habis. Paling tidak pasaran motor bekas alias motkas masih tetap berde-nyut. Masih banyak dicari, terutama Ninja 150cc dan Yamaha RX-King.

Paling tidak bisa langsung dipantau dari beberapa kota di Pulau Jawa seperti Solo, Jogja dan Jakarta. Di Jakarta beberapa showroom motkas mengaku perputaran motor 2-tak ini cukup cepat.

“Masih banyak yang cari. Makanya harganya relatif mahal,” bilang Khairudin pemilik showroom motkas dari Rawa Belong Motor di Jl. Rawa Belong, No.43, Jakarta Barat.

Uniknya, pembeli motkas 2-tak ini tidak sedikit berasal dari luar kota. “Kebanyakan daerah seperti Sumatera, Jawa Tengah dan Kalimantan,” tambah Amin, pemilik showroom motkas Amin Motor di Jl. Pancoran Barat, Jakarta Selatan.

Kondisi motor agar dilirik punya syarat  khusus. Kondisi motor harus masih segar. Meski buatan lama, tampilan tetap harus seperti baru. “Motor lawas makin mahal, karena kondisi tetap orisinal,” cuap Mujat, mekanik  bengkel spesialis Satria 2-tak di Jl. Kukusan, Beji, Depok, Jawa Barat ini.

Di Solo, Jawa Tengah, motor 2-tak yang identik berkelir ijo terpantau paling laris. “Khusus Ninja R mulai 2008 sampai 2011. Baik tipe L maupun R, laku, Bro. Begitu pula tipe RR. Tipe itu saya jual mulai keluaran 2009. Bulan ini saja tipe RR terjual 12 unit,” bangga Galih, pedagang motkas spesialis motor sport di Jl. Honggowongso, Solo, Jateng.

Galih Sport punya patokan sendiri mengenai kondisi barang yang hendak dijual. Sebut saja kondisi engine, harus orisinal. Bila baut mesin sudah lecet karena sudah pernah dibongkar, pastinya bakal langsung ditolak.

Begitu pula bila kondisi motor sangat bagus, tapi bukan berpelat nomor AD (Solo), pasti tidak diterima. “Selain selisih harganya jauh, kondisi motor bisa dipastikan memang sudah capek,” sambung Agus, Marketing Galih Sport.

Di Jogja, RX-King dan Ninja juga tergolong paling laris. Seperti di gerai motkas Ryan Graha Motor (RGM) yang buka di Jl.  Magelang, No. 135, Jogja kedua tipe ini tidak bisa bertahan lama.

“Ninja dan RX-King, kalau ada akan langsung laku. Terutama RX-King, segala tahun dan pelat nomor mana pun, tetap laris,” beber Juan, Marketing RGM.

Sipnya, di gerai RGM berani kasih garansi mesin selama tiga bulan. Sehingga konsumen percaya dan tidak ragu untuk membeli motor di gerainya.   (motorplus-online.com)

DAFTAR HARGA 

JAKARTA 

Ninja R 1997-2002: Rp   8-10 juta
Ninja RR 2002-2010: Rp 15-25 juta
RX-King 1991-1997: Rp  5 - 8  juta
RX-King 1998-2005: Rp  7- 10 juta

JOGJA
RX-King 2004: Rp 12 Juta
RX-King 2005: Rp 13 Juta
RX-King 2006: Rp 14-15 juta
Ninja RR 2009: Rp 27-28 juta
Ninja R 2010: Rp 19 juta

SOLO
Ninja R 2008 Rp 21-22 juta
Ninja R 2009 Rp 22-23 juta
Ninja R 2010 Rp 23-24 juta
Ninja R 2011 Rp 24-26 juta
Ninja RR 2009 Rp  29-30 juta
Ninja RR 2010 Rp 33-34 juta


Penulis : Riy@n, Gombak, Jotos | Teks Editor : Nurfil | Foto : Gombak

Tips Klub, Korek Harian Suzuki Satria F-150 Kuat Jalan Jauh



Lebih akurat diukur dial gauge dan busur
Sejatinya Suzuki Satria F-150 dibekali kapasitas mesin besar. Tapi, sebagian anak klub yang rajin turing ke luar kota merasa akselerasi dan top speed masih bisa ditingkatin. Tanpa bore up atau stroke up. Cukup kohar atau korek harian tapi power naik namun tetap irit bensin.

Seperti yang biasa dilakukan Saifur Rochman. Dia pebengkel di Jl. Raya Pondok Rajeg, Kampung Cipayung RT 05/05 Kelurahan Tengah, Cibinong. Mekanik road race yang jadi rujukan Cibinong Suzuki Satria Club. Berikut ini diantaranya.

Knalpot Dibobok

Bagusnya memang menggunakan knalpot racing. Namun banyak yang ogah karena suaranya berisik. Apalagi dipakai keluar kota dalam jangka waktu yang lama. Banyak yang merasa tidak nyaman.

Opsinya tetap menggunakan knalpot standar. Tapi, dibuat agar tidak mengurangi performanya. “Lebih mantap dibobok. Saluran buang lebih lancar dan tidak terlalu berisik,” jelas Dorman yang asli Purbalingga, Jawa Tengah itu.

Akan lebih sip lagi menggunakan silencer Suzuki Satria F-150 yang masih built up. Yaitu dari Satria F-150 keluaran 2004 sampai 2006. Karena memiliki pelat silincernya yang lebih tipis. “Juga material yang berbeda dibandingkan silencer Satria keluaran baru” jelas Dormen.

Porting Polish

Langkah awal yaitu menerapkan korengan ringan. Bahkan familiar yang sering dilakukan bengkel jalanan. Yaitu dengan menghaluskan alur kulit jeruk di lubang isap dan buang. Jangan, terlalu banyak mengikisnya. Pakai ampelas juga bisa.

Durasi Kem

Supaya power mesin lebih mantap, Dormen sangat teliti dalam mematok buka-tutup klep. Dia ukur meggunakan busur dan dial gauge. Durasi total kem dibikin 240 dan 241 derajat.

Klep isap dibuat membuka 20 derajat sebelum TMA (Titik Mati Atas) dan menutup 40 derajat setelah TMB (Titik Mati Bawah). Sedangkan klep buang membuka 41 derajat sebelum TMB dan menutup 20 derajat setelah TMA.

Rasio Kompresi Naik

Banyak yang kurang puas dengan akselerasi standar. Cara paling mudah yaitu dengan menaikkan rasio kompresi. Tidak puasa dengan melepas beberapa lembar paking, malah papas blok. “Yaitu blok silinder bagian atasnya. Sekitar 0,5 mm,” jelas pria berambut cepak itu.

Namun berisiko kalau tidak diimbangi dengan pemakaian bensin oktan tinggi. Misalnya di daerah yang jarang dijumpai Pertamax atau Pertamax Plus, berakibat bahaya.

Misalnya di Pantura dengan trek panjang. Diisi bensin Premium trus gas dipanteng terus. Mesin berkitir tinggi cukup lama tapi bensinnya oktan rendah, berdasarkan pengalaman dari orang mudik, banyak yang bolong sehernnya. “Kecuali jika treknya pendek-pendek, jangan panteng gas. Masih aman,” beber Eka.

Celah Klep

Tidak hanya harus main dial kem. Celah klep juga harus dibuat optimum. Di Suzuki Satria F-150 tidak bisa disetel dengan cara manual. Celah klep diatur oleh tebalnya sim. Bukan SIM singkatan dari Surat Izin Mengemudi, sim atau pengganjal ini seperti pil.

Sim dipasang di retainer atau ring pemegang per dengan klepnya. Supaya klep lebih sempit harus menggunakan sim yang tebal. Ketebalan sim ini ada beberapa pilihan. Tergantung setelan klep yang dimau.

Menggunakan filler gauge, kerenggangan klep paling pas memakai komposisi 0,2 mm untuk katup isap dan 0,15 untuk klep buangnya. Untuk mencapai ukuran yang pas seperti ini harus dilakukan beberapa kali pemilihan sim.

Setelan seperti ini terbukti aman. “Enak dibejek sampai Bengkulu pergi-pulang” tambah Eka yang doyan turing itu.   (motorplus-online.com)
 
Penulis : Maleha | Teks Editor : Nurfil | Foto : Yudi

Senin, 16 Januari 2012

Ganti Oli? Pastikan Volume Oli Pas

Sekarang, motor-motor yang diproduksi pabrikan mulai banyak model. Selain tipe sport dan bebek, varian skubek yang diluncurkan pun mulai beragam bentuknya.

Bahkan ada pabrikan meluncurkan skubek dengan konstruksi mesin simpel. Sehingga takaran atau kapasitas oli di dalam crankcase hanya sedikit. Contohnya Suzuki nex yang butuh oli cuma 650 ml atau lebih kecil dari bebek atau skubek lainnya.

Seperti diketahui, takaran oli di bak mesin umumnya 1 liter untuk motor sport 100 sampai 150 cc. Jika lebih dari itu biasanya butuh lebih dari seliter, seperti Yamaha Scorpio 1.300 ml atau Suzuki Thunder 250 harus 1.200 ml dalam kondisi pasca ganti oli. Sedang di motor bebek yang rata-rata kapasitas silindernnya tak lebih dari 130 cc, oli yang dibutuhkan sekitar 800 cc.

Nah, karena adanya perbedaan konstruki mesin baik tipe sport, bebek atau skubek, ada baiknya pemilik tunggangan lebih care saat akan mengganti oli.

Maksudnya biar enggak kurang atau kelebihan yang bisa mempengaruhi performa motor. Makanya sebelum ganti oli biasakan lihat tulisan angka yang tertera di bagian bak mesin sebelah kanan.

Mau tahu efeknya, dulu tim redaksi pernah melakukan pengetesan terhadap mesin yang sengaja diisi oli lebih banyak dari standar. Hasilnya, power drop! Kebet artikelnya, silahkan klik di sini . (motorplus-online.com)